Saat Teduh – MAKANAN NIKMAT

Saat Teduh 18 Juli 2020
Saat Teduh 18 Juli 2020

Saat Teduh Kristen hari ini: Juli 2020

Renungan

Dulu sewaktu masih duduk di SMU saya sering diundang makan malam oleh sebuah keluarga besar yang putera-puterinya berjumlah sepuluh orang. Lauk pauknya sangat sederhana, namun suasananya gembira sehingga makanan itu menjadi nikmat. Apa rahasianya? Ibu keluarga besar itu berkata: “Aku telah menggunakan bumbu yang istimewa yaitu kasih”.

Makan bersama dalam keluarga memang sangat penting karena ikatan kasih. Demikian pula makan bersama dengan teman-teman memperteguh tali persahabatan, bukan? Umat orang percaya dalam persekutuan ibadah seringkali merayakan Perjamuan Kudus bersama yang mempererat hubungan kasih antara mereka dan antara mereka dengan Tuhan Yesus yang menyediakan dan mengundang dalam Perjamuan itu.

Namun hubungan kasih ini bisa terganggu dan bahkan lenyap sehingga makanan yang enak dan mahal pun tidak terasa nikmat sama sekali. Bila ada perselisihan atau bahkan permusuhan antara anggota, maka tidak terjadi kenikmatan. Masing-masing ingin cepat-cepat meninggalkan meja makan. Kebencian memecah belah sedang kasih mempersatukan.

Zaman pengarang Amsal makanan lembu tambun merupakan hidangan yang mahal dan menu orang kaya, sedang hidangan sayur dipandang murahan dan menu kelas rendah saja. Namun, sepiring sayur yang dihidangkan dan dimakan dalam suasana kasih jauh leibh nikmat dari pada sepiring daging impor dalam kebencian dan suasana permusuhan.

Kasih menyembuhkan dan mempersatukan sedang kebencian mencerai berai.

Bacaan Alkitab

Lebih baik sepiring sayur dengan kasih daripada lembu tambun dengan kebencian.

Amsal 15:17

PERTANYAAN ANAK

Bulan depan merayakan Hari Kemerdekaan, apakah ada pertanyaan dari anak-anak tentang artinya, peristiwanya, atau bahkan tentang mengapa kita harus merayakan dan memperingatinya? Anak-anak memang suka bertanya. Mereka ingin tahu. Mereka biasanya polos, jujur dan memang ingin tahu mengapa kita begini dan mengapa kita begitu. Kadang-kadang orangtua terpojok oleh pertanyaan anak, karena seringkali mereka tidak jujur, tidak terbuka, dan takut menjadi malu.

Oleh karena itu, orangtua sering juga melarang anak-anaknya bertanya, lebih lagi bila mereka kedatangan tamu di rumah. Suatu hari Siti, anak usia lima tahun, bertanya kepada ibunya: “Bu, mengapa bibi Rosa, bibi cerewet, tidak pulang-pulang?” Ibu menjadi merah wajahnya karena ibu Rosa memang sudah lama bertamu dan tidak juga pulang. “Hus”, kata ibu, “jangan bicara begitu. Jangan kurang ajar”. Tetapi Siti menjawab: “Tapi Bu, bibi Ros memang cerewet kata ayah!”.

Anak suka bertanya dan biasanya bersikap jujur, berterus terang. Oleh karena itu, kita harus mengambil kesempatan yang baik ini dan mengarahkan anak untuk mengenal kasih Allah yang luar biasa itu. Jangan kita mematikan rasa ingin tahu anak dan jangan pula kita berpura-pura, bersikap munafik bila kita beribadah kepada Allah.

Perjamuan Paskah zaman nabi Musa sudah lewat, tapi Perjamuan Kudus kita rayakan. Mengapa kita merayakan dan mengulang ucapan dan upacara yang itu-itu juga? Marilah kita bersungguh-sungguh dan mewujudkan iman yang benar di hadapan anak-anak, sebab mereka akan bertanya dan mempertanyakan kita.

Ya Bapa, ampunilah kami bila sering kami tidak saling berterus terang. Biarlah di dalam keluarga kami terasa kasihMu dan tercermin kehidupan yang saling menerima baik antara ayah dan ibu, antara orangtua dan anak, dan antara saudara-saudara. Demi Yesus. Amin

Bacaan Alkitab

Dan apabila anak-anakmu berkata kepadamu: ‘Apakah artinya ibadahmu ini? Maka haruslah kamu berkata …

Keluaran 12: 26, 27