Renungan Harian – MENJADI MAKIN BIJAK

11 Juli 2020 Renungan Harian
11 Juli 2020 Renungan Harian

Renungan Harian Kristen hari ini: Juli 2020.

Renungan

Membaca Amsal 9 sepintas, kita dapat membayangkan sebuah pesta yang meriah dengan harapan para undangan akan muncul tertarik pada hidangan utamanya yaitu hikmat. Syarat pertama ialah membuang kebodohan dan mengikuti jalan pengertian dengan hasil, kita akan hidup (ayat 6). Jalan pengertian adalah mengenal yang Mahakudus, Allah. Hal ini tidak mengherankan, bukan? Allah adalah sumber kehidupan dan dengan mengenalNya kita menggali kehidupan.

Tapi sebagian orang menganggap diri sudah pandai dan bijaksana dan tidak sudi menerima pelajaran apapun. Amsal menyebut mereka orang bodoh, yaitu para pencemooh dan orang fasik. Mereka menolak hikmat dan pengajaran karena menganggap diri sudah bijak dan pandai. Sebaliknya, ada sebagian lain yang menerima pengajaran apapun tanpa menyaringnya. Akibatnya, mereka menjadi plin-plan, mudah berubah pendirian, keputusan dan bahkan tujuan. Efesus 4:14 menggambarkan mereka mudah “diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia …” Mereka juga tidak bijak.

Orang bijak bukan orang yang tidak sudi diajar atau terlalu mudah menerima pengajaran. Mereka tahu tentang pokok-pokok kebenaran mengenai Allah, manusia dan keselamatan dan tentang pentingnya iman, harapan dan kasih. Keyakinan ini tidak mudah digoyahkan karena sudah berakar kuat dalam dirinya.

Selain itu, orang bijak menyadari bahwa sangat banyak perkara yang tidak diketahuinya. Dia mau belajar dan selalu terbuka terhadap nasihat. Dia tidak tersinggung bila orang menegur kesalahannya. Akibatnya, orang bijak menjadi makin bijak dan bertambah pengetahuannya.

Mampu menerima kritik dan nasihat mencerminkan hati yang bijak, yaitu kedewasaan.

Bacaan Alkitab

Berilah orang bijak nasihat, maka ia akan menjadi lebih bijak, ajarilah orang benar, maka pengetahuannya akan bertambah.

Amsal 9:9

ANAK YANG DIINGINKAN

Sebagian anak lahir karena “kecelakaan”, artinya kelahirannya tidak diinginkan dan tidak direncanakan. Akibatnya, anak itu kemudian agak diterlantarkan dan diabaikan oleh orangtuanya, dan teristimewa oleh ibunya. Kemungkinan besar pertumbuhan jiwa anak itu akan terganggu oleh karena sejak kecil dia merasa bahwa dia tidak diinginkan dan tidak disukai oleh orangtuanya. Sangat menyedihkan keadaannya, bukan?

Namun, syukur, sebagian besar kelahiran kita diharapkan dan diinginkan sekali oleh orangtua kita, khusus oleh ibu. Jauh-jauh hari ibu juga sudah menyediakan keperluan-keperluan bayi dan kedua orangtua kita sudah memiliki nama untuk kita. Itulah yang terjadi dengan Samuel.

Samuel lahir sebagai jawaban atas doa-doa ibunya. Betapa banyak ibu yang berbuat sama seperti Hana dalam berdoa dan merindukan anaknya. Kelahiran anak seperti Samuel disambut dengan gembira dan bahagia oleh orangtuanya. Anak itu akan dipelihara, diasuh, dan dicintai oleh orangtuanya.

Demikian pulalah dengan setiap kita yang dilahirkan dalam keluarga Allah. Kita diinginkan dan didambakan oleh Allah. Dalam Yesus tidak ada seorangpun yang dinilai sangat berdosa untuk diterima dan dijadikan anakNya. Meskipun orangtua duniawi, jasmani kita tidak menginginkan kita, Tuhan merindukan kita. Setiap terjadi kelahiran baru terjadi pula sukacita di sorga (Lukas 15:7, 10). Jadi yakinlah senantiasa bahwa Allah menginginkan kita sebagai anakNya.

Tuhan, kami bersyukur atas kasihMu yang jauh melampaui kasih manusia, termasuk kasih orang tua kami dan kasih para kekasih kami. Kami tahu bahwa kasihMu abadi, tidak terputuskan oleh maut sekalipun. Terima kasih Bapa. Amin

Bacaan Alkitab

Ia menamai anak itu Samuel, sebab katanya: ‘Aku telah memintanya daripada Tuhan.

I Samuel 1:20