Saat Teduh Kristen hari ini: Juli 2020
Renungan
Tiap tahun jumlah pelajar bertambah meskipun kita sedang dilanda krisis ekonomi dan krisis moneter. Dengan digalakkannya Gerakan Orang Tua Asuh makin banyak pelajar yang harus ditampung. Semua kegiatan ini bertujuan untuk mencerdaskan bangsa, karena ilmu pengetahuan dan teknologi bergerak sangat cepat. Sebagai bangsa kita tidak ingin tertinggal, bukan?
Namun jelas bahwa kita semua baik anak, orang dewasa maupun orang lanjut usia tidak seharusnya berhenti belajar, meskipun kita tidak akan mengetahui segala sesuatunya, bukan? Makin kita beranjak maju dalam dunia ilmu atau pendidikan makin kita sadar betapa luasnya dunia ilmu pengetahuan kita. Kita terpaksa membatasi diri dan menjadi spesialis dalam bidang kita masing-masing. Kita memperdalam dalam bidang yang makin sempit pula. Lucu, bukan? Kita menjadi sangat ahli dalam suatu bidang yang makin mengecil saja.
Namun semuanya itu seharusnya menyadarkan kita akan sangat luasnya alam semesta yang diciptakan oleh Tuhan Allah, bukan? Itulah awal hikmat bilamana segala pengetahuan dan perolehan kita menumbuhkan pengertian akan Penciptanya. Itulah ajaran Amsal: “Permulaan hikmat adalah takut akan Tuhan dan mengenal Yang Maha Kudus adalah pengertian”. “Takut” dalam arti terpesona atau takjub yang merangsang kita untuk makin berusaha mengenal Yang Maha Kudus. Bukankah ini suatu usaha yang mustahil?
Amsal menjawab, “Tidak”. Hikmat itu berseru-seru di mana-mana. Keajaiban ciptaan Tuhan bisa dibaca dan didengar di sekitar kita. Tetapi, bagaimana keadaan penglihatan dan pendengaran hati kita? Kesombongan akan membuat kita buta dan tuli, sehingga meski kita berhasil menyandang berbagai gelar, kita tetap tidak mengenal Dia yang menciptakan segala sesuatu, termasuk kita.
Bertambah usia dan pintar tidak selalu berarti bertambah bijak.
Bacaan Alkitab
Permulaan hikmat adalah takut akan Tuhan, dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian.
Amsal 9:10
ANAK-ANAK ALLAH
Hari ini terbuka bagi kunci rahasia menjadi anak Allah. Kemarin kita berpikir betapa mustahilnya kita untuk menjadi seperti anak, tetapi kini kita tahu bahwa kita bisa menjadi anak karena “kita telah menerima Roh” dan “Roh itu bersaksi bersama-sama roh kita”, lalu kita yakin bahwa kita dijadikan ahli waris janji-janji Allah, karena Kristus. Jadi, apakah yang telah terjadi dengan kita?
Pertama-tama, kita diberi identitas baru oleh Allah karena Tuhan Yesus Kristus, yaitu identitas anak-anak Allah yang oleh Roh Kudus kita dapat berseru: “ya Abba” artinya “ya Bapa”. Kedua, anak-anak Allah menjadi penerima kekayaan kasih karunia Allah Bapa berupa: pengampunan, keyakinan iman, kedamaian hati, keyakinan akan masa depan, dan pimpinan Roh Kudus. Ketiga, anak-anak Allah adalah mitra saudara sulung Yesus dalam misi dan visi karya Allah dalam dunia ini. Hal ini berarti menderita bersama-sama dan dipermuliakan bersama-sama Yesus Kristus.
Jadi, anak-anak Allah adalah “ahli waris yang berhak menerima janji-janji Allah bersama-sama dengan Kristus. Apa yang telah dijanjikan Allah kepada Kristus telah kita terima juga dalam Kristus yang telah mati dan dibangkitkan bersama Yesus Kristus dan, meski kita tidak merasakannya sekarang, tapi dalam iman kita sebenarnya berada senantiasa bersama Allah Bapa karena Tuhan Yesus yang berada bersama Bapa di sorga. Sukar sekali untuk dibayangkan, bahwa suatu saat kita akan memiliki tubuh yang dipermuliakan bebas kelemahan, penyakit dan kematian.
Bapa sorgawi, terima kasih karena Engkau telah membuat dan menerima kami sebagai anak-anakMu. Terima kasih Tuhan Yesus karena Engkaulah yang telah memungkinkan kami menjadi anak Bapa. Terima kasih Roh Kudus, karena tanpa Engkau tidak ada kelahiran kembali. Puji Allah Tritunggal. Amin
Bacaan Alkitab
Tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: ‘ya Abba, ya Bapa!
Roma 8:15
Tambahkan komentar