Saat Teduh Kristen hari ini: April 2020
Bacaan Alkitab
“Ketika itulah Tuhan Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup.”
Kejadian 2:7
Renungan
Di tengah-tengah kemajuan zaman yang semakin menunjukkan keperkasaan manusia ini, agaknya Sabda Tuhan dalam Kejadian 2:7 ini perlu semakin kita renungi. Alkitab selalu menyatakan dengan begitu jelas keterbatasan dan kerapuhan manusia di hadapan Allah Sang Pencipta. Sejak awal Kejadian ditegaskan bahwa manusia ini berasal dari debu tanah.
Musa dalam Mazmur 90, yang ditulisnya menjelang ajalnya, menyatakan juga hakikat manusia ini dengan pelbagai cara. Pertama, dengan mengikuti penulis Kejadian, Musa menggambarkan manusia sebagai debu. Debu itu sungguh lembut dan tak berarti apa-apa. Demikianlah manusia.
Kedua, Musa juga memakai ungkapan giliran jaga di waktu malam untuk menggambarkan keadaan manusia. Seorang peronda tentu merasakan betapa lamanya menanti fajar. Namun ketika embun pagi sudah mulai membasahi bumi, maka penantiannya semalaman jadi tak berarti apa-apa. Demikianlah manusia.
Ketiga, selanjutnya manusia dalam pandangan Musa tak ubahnya seperti mimpi. Tatkala kita bermimpi tentu apa yang terjadi di dalamnya serasa begitu nyata. Namun toh itu tetap saja mimpi. Demikianlah manusia.
Akhirnya, yang keempat, dipakai pula gambaran rumput, tumbuhan yang begitu cepat tumbuh, namun sekaligus begitu cepat layu. Demikianlah manusia.
Ringkasnya, Saudaraku, mengimani Allah Sang Pencipta berarti sekaligus menyadari bahwa manusia sunguh-sungguh kecil dan tak berarti apa-apa. Jika kesadaran semacam ini lenyap, maka bahaya mengancam iman kita. Betapa mudahnya kita menjadi sombong, congkak dan tak tahu diri.
Manusia hanyalah sebuah titik dibandingkan bumi ini. Bumi pun hanyalah sebuah titik dibanding galaksi Bima Sakti. Galaksi Bima Sakti adalah sebuah titik kecil di dalam alam raya ini. Dan alam raya ini adalah ciptaan Allah! |
Tambahkan komentar