Renungan Harian Kristen hari ini: Juli 2020.
Renungan
Kata hikmat jarang terdengar sekarang. Yang sering kita dengar adalah kata bijak atau bijaksana, meskipun umumnya orang lebih suka menggunakan kata cerdas, cerdik, pandai atau inteligen. Kata-kata berhubungan dengan akal manusia, tapi hikmat lebih mengacu pada budi, yang berkaitan dengan batin manusia.
Karena usia, kita mengharapkan kakek dan nenek telah memperoleh hikmat, yaitu memiliki segudang pertimbangan-pertimbangan yang benar berdasarkan pada pengalaman hidupnya yang panjang. Sekali-kali kita juga mendengar ungkapan: “Ya, meski masih muda, dia bertindak bijakana”. Artinya, perolehan hikmat dikaitkan dengan bertambahnya usia.
Penulis Amsal membahasakan diri sebagai orang tua ketika ia menyapa pembacanya dengan “anakku” (1:8, 10). Tetapi, apakah benar bahwa dengan bertambahnya usia orang menjadi makin bijak? Kenyataannya tidak demikian. Ada saja orangtua yang tidak bertambah bijak meski bertambah tua.
Sebenarnya memperoleh hikmat bukanlah dengan menjadi tua, tapi dengan memiliki pandangan hidup yang akurat , yang senantiasa melibatkan kehendak Tuhan Allah. Pandangan hidup yang paling mendasar tentunya adalah pengakuan bahwa seluruh alam semesta , termasuk manusia, diciptakan oleh Tuhan Allah. Oleh karena itu, langkah pertama perolehan hikmat adalah takut akan Tuhan Allah. Tanpa pengetahuan dan pengakuan ini tiada hikmat.
Berusaha mengenal Allah, Sumber segala hikmat adalah langkah yang benar memperoleh hikmat.
Bacaan Alkitab
Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan.
Amsal 1:7
ANAK-ANAK KERAJAAN ALLAH
Suatu persyaratan yang sulit dimengerti, bukan? Namun, apa yang digambarkan Lukas sungguh indah, yaitu Tuhan Yesus sedang dikerubuti oleh anak-anak yang berlomba agar dijamah olehNya. Kok, Tuhan ada waktu untuk anak-anak? Mereka bikin ribut saja, bukan? Mungkin Anda mengenal beberapa hamba Tuhan yang meminta orangtua mengantar anak-anaknya ke luar ruangan sebelum mereka mulai berkhotbah? Sikap mereka sama dengan para murid Yesus pada waktu itu. Mereka marah karena ingin melindungi guru mereka dari gangguan anak-anak.
Namun, Tuhan justru menjadikan anak-anak sebagai persyaratan memasuki Kerajaan Allah. Dia tidak mengusir mereka tetapi menyambut mereka dan mengangkat seorang anak duduk di pangkuanNya, lalu berkata: “Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil ia tidak akan masuk ke dalamnya”. Apa arti menjadi seperti seorang anak kecil?
Istilah “Kerajaan” seperti yang Tuhan artikan mengacu kepada perintah Allah atas hidup kita. Dia mengajar kita untuk menjadi seperti anak dalam iman, sehingga ketika kita percaya kepada Yesus sepenuhnya sebagai Juruselamat, pemerintahan Allah atas kita diperbaiki dan berlaku kembali. Kita menjadi anak menaati Allah sebagai Bapa dan Raja kita. Selain itu, kita akan selalu berhubungan kepadaNya sebagaimana seorang anak berhubungan kepada orangtuanya. Namun, kita hanya dapat disebut anak anak Allah jika kita sudah menyatakan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, sebagai Saudara dan Sahabat kita.
Akan tetapi, apakah hal ini berarti bahwa orang lain bukan anak Allah? Mereka jelas anak Allah dalam arti insan ciptaan Allah, namun mereka bukan anak Allah Bapa Sorgawi yang hanya terjadi bila seseorang berada di dalam Yesus Kristus.
Bapa, jadikan kami anakMu yang kecil, yang tidak berdaya, dan yang tidak memiliki segala-galanya. Kami menyebut Engkau Bapa karena Dia yang menjadi Tuhan, Juruselamat, Saudara dan Sahabat kami. Dalam namaNya. Amin
Bacaan Alkitab
Sesungguhnya barang siapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya.
Lukas 18:17
Tambahkan komentar