Renungan Harian – Jalan menuju derita dan maut

09 Juli 2020 Renungan Harian
09 Juli 2020 Renungan Harian

Renungan Harian Kristen hari ini: Juli 2020.

Renungan

Amsal 7 memperingatkan kaum muda, pria dan wanita, tentang hubungan seksual dengan seseorang yang bukan pasangannya yang sah. Memang dalam Amsal 7 ini fokusnya kepada seorang pemuda yang dibujuk-rayu oleh seorang wanita yang sudah menikah. Tetapi, kebalikannya sering terjadi pula: seorang pria yang sudah menikah membujuk rayu seorang pemudi.

Mungkin kita berpikir bahwa seharusnya Wasiat tidak membahas masalah ini. Namun kita sendiri tidak dapat menghindari masalah ini sebab sejak dulu sampai sekarang bila nafsu seksual dibiarkan, binal akan menimbulkan kekacauan dan bahkan maut. Amsal 7 sudah memberi peringatan, sedangkan tayangan-tayangan televisi menonjolkan adegan-adegan seksual, perkosaan, dan kekerasan memasuki rumah-rumah kita. Anak-anak yang masih belia tidak terhindar dari sinetron-sinetron dengan tema-tema ketidaksetiaan suami atau isteri.

Jika kita memperhatikan berita-berita di media masa, kasus hubungan yang keliru ini telah berubah menjadi pembunuhnya. Mengapa? Karena perasaan cemburu, benci, atau rasa tersisihkan dan dihina telah menyebabkan mata gelap. Akibatnya, derita dan rasa malu harus ditanggung oleh seluruh keluarga, khususnya oleh anak-anak.

Hubungan seksual itulah bagaimana hidup manusia berawal, tapi penyalah gunaannya adalah jalan menuju derita dan maut. Allah telah menciptakan kita sebagai insan seksual dan Dia juga memberitahu cara yang terbaik bagaimana hidup sebagai manusia seksual. Pengesampingan nasihat Allah adalah “jalan ke dunia orang mati”

Perbedaan utama antara manusia dan hewan adalah bagaimana ia mengungkapkan dorongan seksualnya.

Bacaan Alkitab

Rumahnya adalah jalan ke dunia orang mati, yang menurun ke ruangan-ruangan maut.

Amsal 7:2

RAMBU-RAMBU

Mazmur 119:105 adalah ayat yang sangat dikenal dan dihafal selain Yohanes 3:16, bukan? Namun, apakah hafalan itu juga merupakan pengakuan iman kita seperti pemazmur? Kedekatannya dengan firman Allah membuatnya berani mengutarakan pengalamannya: “FirmanMu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku”

Pemazmur akan tersesat dan terhilang di jalan tanpa adanya rambu-rambu penuntun dan keamanan. Di dunia kita ini terlalu banyak berkeliaran ajakan, bujukan, gagasan dan pilihan. Mereka bagaikan iklan yang selalu berseru sebagai yang terbaik, yang paling manjur, atau yang paling cocok bagi kita.Tanpa pegangan kita akan menjadi bingung dan mungkin tenggelam dalam rayuan-rayuan yang menarik itu. Kita akan menentukan mana yang benar dan mana yang salah, atau mana yang baik dan mana yang buruk. Pemazmur berkata bahwa tanpa firman Allah sebagai pelita bagi kaki dan terang bagi jalan kita, kita pasti akan tersandung atau tersesat dalam kegelapan.

Oleh karena itu, kita bersyukur kepada Allah karena Dia telah memberikan firmanNya sehingga kita dapat membaca rambu-rambu kehidupan. Firman juga menjadi peta bagi perjalanan hidup kita sehingga kita tidak akan tersesat. Kita harus yakin akan hal ini. Mengakui bahwa Alkitab adalah firman Allah tidaklah cukup. Kita harus berani berkata seperti Daud: “Peringatan-peringatanMu adalah milik pusaka selama-lamanya, sebab semuanya itu kegirangan hatiku. Telah kucondongkan hatiku untuk melakukan ketetapan-ketetapanMu …” (ayat 111, 112). Melakukan itu berarti menaati, bukan? Tetapi kita harus mengenal firman Tuhan, sebelum kita dapat melakukannya. Apakah firman Tuhan itu kegirangan kita? Apakah kita akrab dengannya? Sebagai anak-anak Allah sudah selayaknya kita mengenal dan melakukan peraturan-peraturan dan ketetapan-ketetapan Bapa kita sorgawi.

Tuhan, pimpin kami dan tetapkan langkah kami agar kami tidak sesat di jalan dan salah menentukan arah. Ajarkan kami berjalan bersamaMu selama hidup kami. Demi Yesus. Amin

Bacaan Alkitab

FirmanMu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku … Teguhkanlah langkahku ..

Mazmur 119: 105, 133