Renungan Harian – BINATANG PIARAAN

15 Juli 2020 Renungan Harian
15 Juli 2020 Renungan Harian

Renungan Harian Kristen hari ini: Juli 2020.

Renungan

Kita tidak menyangka bahwa Amsal berbicara tentang binatang. Mungkin yang dimaksudkan adalah berbagai macam hewan yang dimiliki seseorang pada zaman itu. Kita ingat akan jumlah hewan yang dimiliki oleh Abraham atau Yakub yang menunjuk pada status dan harta mereka dan juga sekaligus betapa besar berkat Allah atas mereka. Nampaknya, bagaimana mereka memperlakukan hewan mereka menunjukkan sikap hati mereka, penuh kasih sayang atau kejam. Namun yang lebih mengagetkan lagi, Amsal mengatakan bahwa bagaimana perilaku kita terhadap hewan menggolongkan kita dalam kelompok orang benar atau orang fasik.

Zaman sekarang orang umumnya tidak memiliki hewan dalam jumlah besar, kecuali peternak ayam, kambing atau binatang lain. Tetapi para peternak pun tidak akan menganiaya binatangnya karena akan merugikan usahanya, bukan? Dia akan memperhatikan kebutuhan hewannya agar bila tiba saat menjualnya, dia akan memperoleh harga yang terbaik. Orang modern memiliki binatang piaraan, umpama seekor anjing, kucing, ayam, kelinci ataupun seekor ular, atau biawak. Cara ia memperlakukan binatang piaraannya juga menunjukkan apakah ia benar atau fasik?

Kita tahu bahwa Amsal selalu menghubungkan sikap hidup kita dengan pandangan kita terhadap Allah. Tuhanlah yang menilai kita apakah kita benar atau fasik. Sebab perilaku kita terhadap binatang mencerminkan pula sikap kita terhadap manusia lainnya. Cinta orang terhadap binatang piaraan bisa keterlaluan sehingga ia lebih memperhatikan kebutuhan binatang piaraannya daripada kebutuhan anaknya sendiri. Bukankah manusia lebih penting daripada binatang? Kenalilah Allah dan bagaimana Dia menciptakan manusia.

Manusia yang berhati binatang mengingkari kodratnya.

Bacaan Alkitab

Orang benar memperhatikan hidup hewannya, tetapi belas kasihan orang fasik itu kejam.

Amsal 12:10

PERMAINAN ANAK-ANAK

Di tempat keramaian manapun pasti ada anak-anak yang hadir. Ada kalanya anak-anaklah yang mengajak atau yang minta orangtua untuk menonton keramaian. Tetapi, di pasar biasanya anak-anak ikut orangtua ke pasar ada yang memang berjualan, ada pula yang berbelanja. Beberapa anak sering bertemu dan bermain bersama.

Kita tahu bahwa permainan anak-anak beraneka macam, juga di antara orang Yahudi. Mereka juga menggunakan alat-alat musik seperti seruling, tambur dan lain alat lagi. Mereka bertepuk tangan gembira dan menari-nari. Dua permainan dengan suasana yang bertentangan sangat digemari anak-anak di pasar. Yang pertama, permainan seruling yang gembira disertai barisan anak sambil bertepuk tangan dan menari memperagakan keramaian rombongan pernikahan. Kedua, bunyi seruling mendadak berubah melagukan kidung duka disertai tangisan keras dan tersedu-sedu memperagakan upacara penguburan.

Nah, Tuhan Yesus, dengan meminjam kedua permainan anak-anak ini, ingin menggambarkan suasana para pendengarNya yang sedang mengelilingiNya. Mereka tidak mau melibatkan diri. Bila lagunya gembira, tidak ada yang tertawa dan menari-nari, sebaliknya ketika lagunya menjadi sedih, tiada orang yang menangis tersedu-sedu. Tiada yang sudi terlibat. Apa maksud Tuhan Yesus?

Tuhan ingin menegaskan kepada mereka yang sedang mendengarkan Dia bahwa mereka harus mengambil keputusan, yaitu menerima atau menolak Dia. Tidak ada yang netral. Kita tidak bisa mempermainkan Tuhan. Kita harus bersungguh-sungguh. Menerima atau menolak Yesus menuntut konsekuensi masing-masing. Apakah kita sungguh-sungguh dalam mengikut Yesus? Apakah kita benar-benar sudah melibatkan diri dengan pelayanan Tuhan?

Tolonglah kami Tuhan, agar kami menyadari bahwa hidup sebagai anak-anakMu harus melibatkan diri dengan pekerjaanMu di dunia ini. Ajarkan kami untuk dengan tekun mewujudkan kasihMu. Amin

Bacaan Alkitab

Mereka itu seumpama anak-anak yang duduk di pasar dan yang saling menyerukan …

Lukas 7:32