Orang Kaya dan Syukur

Orang Kaya dan Syukur
Orang Kaya dan Syukur

Membaca judul di atas, mungkin ada di antara pembaca yang menafsir bahwa tulisan ini ditujukan kepada orang kaya. Tunggu dulu, tulisan ini bukan ditujukan kepada orang kaya dan juga tidak tertuju kepada orang miskin. Tulisan ini adalah untuk kita semua. Bukankah pengikut Kristus tidak semuanya orang miskin dan tidak semuanya orang kaya. Istilah Inggrisnya pengikut Kristus adalah mixed antara yang the have dan the have not.

Selain para nelayan sederhana dari Galilea, Tuhan Yesus juga mempunyai murid bernama Matius, penulis Injil, yang adalah mantan pemungut cukai. Tidak tercatat bahwa ia melakukan yang sama dengan apa yang dilakukan Zakheus, pemungut cukai lain; yaitu membagikan setengah dari hartanya untuk orang miskin (Lukas 19:8). Kalau mengembalikan empat kali lipat kepada orang yang pernah diperasnya, saya percaya Matius juga melakukannya sesuai perintah Allah yang terdapat dalam Keluaran 22:1, bandingkan dengan 2 Samuel 12:6.

Tidak semua orang Kristen diminta Tuhan untuk membagikan setengah hartanya kepada orang miskin, demikian pula dengan Matius. Setelah menjadi murid Yesus tentu ia masih memiliki harta, mungkin ia adalah yang terkaya dari antara rekan-rekan lainnya. Saya yakin dengan harta itulah ia mendukung pelayanan Gurunya, seperti yang dilakukan oleh sekelompok wanita yang melayani rombongan Tuhan dengan kekayaan mereka (Lukas 8:3).

Simak pula kedua orang yang menjadi pengikut “tersembunyi” Kristus, Yusuf Arimatea dan Nikodemus. Tetapi sesungguhnya merekalah pengikut Tuhan yang benar-benar berani dan setia. Mereka menghadap penguasa saat ini sambil mempertaruhkan nyawa dengan meminta, merawat, dan menguburkan mayat Yesus; tatkala rasul-rasul yang lain menyembunyikan diri. Jikalau tiada Yusuf Arimatea dan Nikodemus, maka kisah Paskah yang kita kenal tentu akan lain sama sekali ceritanya. Kita tidak akan tahu adanya kubur yang kosong, sebab ketika itu bila seorang kriminil dihukum mati dan tiada yang mengurus mayatnya, maka ia akan dibuang ke dalam sebuah lembah tempat burung-burung gagak akan berpesta pora!

Yusuf Arimatea dan Nikodemus adalah orang-orang kaya pada zamannya dan dengan harta kekayaannya mereka telah melayani Tuhan. Mereka adalah orang-orang percaya yang tahu bersyukur. Firman Allah mengatakan bahwa yang ditentang Tuhan bukanlah orang kaya, tetapi orang yang cinta akan uang.

“karena cinta akan uang adalah akar segala kejahatan, menyebabkan banyak orang menyimpang dari iman dan mengalami berbagai duka”

2 Timotius 6:10

Baiklah kita juga memperhatikan teguran Tuhan terhadap orang yang tidak tahu bersyukur. Teguran tersebut terdapat dalam perumpamaan “Orang Kaya yang Bodoh” di Injil Lukas 12:16-21. Saya percaya Anda tahu dan ingat perumpamaan tesebut. Kalau lupa, silakan buka Alkitab Anda. Sekalipun perumpamaan ini memakai “tokoh” orang kaya, sebenarnya ditujukan kepada semua orang; the have dan the have not.

Yang pertama-tama harus diperhatikan bahwa yang ditegur Tuhan bukan karena orang itu kaya, melainkan karena ia bodoh! Mengapa ia bodoh?

Pertama, ia tidak pernah merasa puas. Orang yang tak pernah puas, tidak mungkin bersyukur. Hartanya sudah berlimpah, namun ia masih merasa kekurangan. Ia terus memikirkan dan berusaha mengumpulkan harta lebih banyak lagi. Orang demikian mana mungkin mempunyai waktu untuk menghitung berkat Tuhan dan bersyukur. Orang kaya yang tidak pernah puas adalah lebih miskin daripada orang miskin yang tahu bersyukur.

Kedua, ia hanya memikirkan diri sendiri. Kalau orang hanya memikirkan diri sendiri, mana sempat ia memikirkan orang lain, apalagi Tuhan. Jangankan mengucap syukur, ingat Tuhan saja tidak. Sebagaimana uang adalah akar segala kejahatan maka egoistis adalah sumber segala penderitaan umat manusia. Dalam ayat 17-19, lebih sepuluh kali ia menyebut kata “aku” atau “ku” — pokoknya semua hanya untuk “aku”. Perusakan lingkungan dan pembayaran upah pegawai yang rendah, korupsi dan kolusi terjadi di mana-mana. Perampokan, penipuan serta percurian merajalela, adalah karena baik yang kaya maupun yang miskin hanya memikirkan si “aku”! 

Ketiga, ia hanya memikirkan kekinian. Ia tidak mau memikirkan hal-hal rohani dan kekal. Pokoknya hidup hanya untuk hari ini: “… beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah,” itulah semboyan hidupnya. Hidup hanya mengikuti naluri, tidak bedanya dengan hewan yang tidak memiliki tujuan hidup mulia. Dalam sejarah, bermiliar-miliar umat manusia sudah ditipu oleh iblis, khususnya kaum muda yang tidak mengerti muslihat iblis, sangat mudah disesatkan. Jika manusia hanya sibuk dengan nafsu kekinian dan kedagingan, mana sempat lagi merenungkan kasih karunia Tuhan dan bersyukur!

Keempat, ia tidak sadar bahwa kematiannya akan tiba. Sesehat-sehatnya manusia, kelak maut akan menyambutnya juga. Si kaya itu lupa bahwa sekalipun ia sehat, bisa berpesta pora dan makan segala macam (tanpa memperdulikan kadar kolestrol!) serta mampu membangun lumbung-lumbung besar; umurnya bukanlah di tangannya. Umur manusia ada di tangan Allah. Jika maut datang, kita tidak bisa menolaknya, kita tidak bisa menyogoknya agar menunda keberangkatan kita. Si kaya itu mati mendadak dan kematian mendadak ini bisa menimpa setiap orang, termasuk orang miskin! Oleh karena itu kita perlu bijak-bijak menggunakan hidup ini seperti ucapan pemazmur.

“Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami peroleh hati yang bijaksana”

Mazmur 90:12

Selagi ada kesempatan untuk bersyukur, marilah kita bersyukur sesuai kerelaan kita. Baik yang merasa dirinya kaya maupun yang menganggap dirinya miskin.