Saat Teduh Kristen hari ini: April 2020
Bacaan Alkitab
“Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami … tetapi seandainya tidak … kami tidak akan memuja dewa tuanku …”
Daniel 3:17-18
Renungan
Tahun-tahun ini kita banyak mendengar banyaknya kebaktian-kebaktian penyembuhan ilahi. Berbondong-bondong orang datang ingin mengalami mujizat itu. Dan memang banyak orang menjadi percaya setelah mengalami atau menyaksikan kesembuhan. Kita bersyukur untuk itu semua.
Tapi, pertanyaan sederhana kita kemudian: Bagaimana jika tidak sembuh, apakah kita tetap percaya? Apakah percaya atau tidak percaya bergantung dari mujizat yang kita alami?
Jika Anda menjawab ya, maka saya harus mengatakan, Saudara, agar Anda hati-hati dan menilik diri. Bagaimana jika pada satu saat Anda tidak mengalami mujizat, padahal waktu itu Anda sungguh membutuhkannya? Seseorang yang hanya – sekali lagi hanya! – percaya jika sudah mengalami mujizat, justru akan kecewa dan undur jika pada saatnya Allah berkenan untuk tidak memberikan mujizat.
Sadrakh, Mesakh dan Abednego saat itu mengalami persoalan yang sama. Mereka membutuhkan pertolongan yang ajaib dari Tuhan … dan memang mereka akhirnya mendapatkannya. Namun, yang menarik, mereka sempat menyatakan prinsip iman mereka, bahwa seandainya pun mereka tidak ditolong oleh Tuhan, mereka akan tetap mempercayai Tuhan dan menolak untuk menyangkali iman.
Saya mau katakan bahwa inilah yang disebut iman yang dewasa, iman yang tak bersyarat, iman yang tidak bergantung pada keadaan. Jika kita baru percaya ketika Allah menolong kita, betapa murahnya iman semacam itu. Dalam bagian lain Yesus pun mencela iman Thomas dengan berkata, “Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya” (Yoh 20:29). Pun Yesus mencela orang banyak yang mencari Yesus hanya karena melihat dan mengalami mujizat (Yoh 6:26).
Mujizat terbesar dalam hidup ini adalah ketika kita tetap beriman, walau tak ada tanda ajaib apapun, justru ketika kita membutuhkannya. |
Tambahkan komentar