Rebecca Thompson adalah seorang gadis yang memiliki senyum yang menarik dan kepribadian yang menawan. Tapi siapa pernah menyangka bahwa nasibnya tidak semenarik senyumnya dan hidupnya tidak semenawan kepribadiannya. Ketika ia berumur 18 thn, sekelompok penjahat menculik dia dan adik perempuannya yang berumur 11 thn, di dekat sebuah toko di Casper, Wyoming. Para penjahat itu telah membawa 2 gadis ini ke jembatan tebing Fremont di atas Sungai North Platte, Nebraska, dan kemudian dengan kejam memperkosa dan melemparkan mereka dari jembatan itu. Amy meninggal, sedangkan Rebecca terpelanting ke sisi tebing dan terpental masuk ke dalam air yang lebih dalam. Dengan pinggul yang retak di lima tempat, Rebecca berhasil diselamatkan. Para penculik itu dipenjarakan, namun akhirnya pengadilan memutuskan bebas bersyarat bagi mereka. Para pembunuh tersebut kemudian meneror hidup Rebecca dengan ancaman akan mengulang peristiwa tersebut untuk kedua kalinya.
Kesulitan hidup yang dialami Rebecca tidak berakhir sampai di situ. Ia harus berjuang untuk mengatasi rasa malunya, belum lagi penolakan demi penolakan yang diterimanya, ditambah perjuangannya untuk membesarkan anak perempuannya seorang diri. Rebecca harus terus berusaha untuk mengatasi kesulitan demi kesulitan hidup yang dihadapinya. Ia berusaha sekuat mungkin. Bulan September 1992, 19 tahun setelah peristiwa jembatan Fremont, Rebecca kembali ke jembatan itu dan menjatuhkan dirinya hingga mengalami kematiannya. Mengapa Rebecca akhirnya mengambil jalan pintas seperti itu setelah sekian lama ia bertahan? Jawabnya adalah karena ia tidak lagi memiliki secercah harapan apa pun dalam hidupnya.
Saudara, saya yakin bukan hanya Rebecca Thompson yang mempunyai kesulitan-kesulitan hidup, kita pun sering mengalami hal yang sama. Kita akan terus dan terus menghadapi kesulitan dalam hidup kita, karena kita memang masih berada di dunia yang sulit ini. Jika Rebecca tidak dapat bertahan dalam menghadapi kesulitan hidup-nya, bagaimanakah dengan kita, apa kelebihan kita sebagai orang Kristen? Apakah kita juga mampu untuk bertahan dalam kesulitan ?
Pengharapan yang berdasar pada Kristus
Salah satu kunci agar kita dapat bertahan dalam menghadapi kesulitan hidup adalah memiliki pengharapan, karena pengharapan adalah kekuatan yang luar biasa bagi setiap orang percaya. Pertanyaannya, pengharapan yang bagaimana yang harus kita miliki?
1. Pengharapan yang berdasar pada Kristus (I Kor. 15:19-20)
Saudara, Saudara pasti akan setuju dengan pendapat saya, bahwa kapal tanpa kompas akan hancur; hal yang sama berlaku pula untuk hidup tanpa pengharapan. Oleh karena itu setiap kita perlu memiliki pengharapan, supaya dapat bertahan dalam hidup ini.
Saudara, surat I Korintus ini ditulis oleh Rasul Paulus kepada orang-orang percaya di kota Korintus. Paulus pernah melayani di kota ini selama ± 18 bulan, dan jemaat ini cukup merepotkan Paulus karena ketidakstabilannya. Oleh karena itu mereka perlu diajar supaya mencapai kedewasaan rohani (I Kor. 3:1-3). Latar belakang Yunani dan lingkungan penyembahan berhala yang kuat banyak mempengaruhi jemaat ini. Pada umumnya orang-orang Yunani tidak percaya akan kebangkitan orang mati. Mereka menganggap tubuh manusia sebagai penjara, dan mereka menanti-nantikan kematian sebagai pembebasan dari perbudakan. Agaknya sikap tidak percaya ini telah menyusup ke dalam jemaat dan mengakibatkan pengharapan kebangkitan yang telah diajarkan Paulus sebelumnya menjadi berkurang artinya. Karena itu melalui surat ini Paulus ingin menekankan kembali mengenai kebangkitan hidup orang Kristen, yang sebenarnya merupakan dasar kepercayaan sekaligus dasar pengharapan bagi setiap orang Kristen.
Dalam ayat-ayat ini dengan gamblang Paulus memaparkan: jika tidak ada kebangkitan, maka orang-orang Kristen adalah orang-orang yang paling bodoh, yang patut dikasihani, karena dalam hidupnya, mereka hanya menaruh pengharapan kepada Tuhan yang dikira akan membawa kekayaan, hidup berkelimpahan, dan semua hal yang membedakan orang Kristen dengan orang bukan Kristen, sehingga mau mengambil bentuk penderitaan demi hal itu, tetapi ternyata Tuhan itu tidak bangkit. Bahkan dalam ay. 19 ini Paulus seolah-olah mengatakan, “Jika dalam hidup ini, kita tidak memiliki apa-apa selain pengharapan, maka dengan tidak adanya kebangkitan, kita hanyalah para pengharap yang bodoh, yang paling malang, dan segala yang kita lakukan termasuk mati martir pun adalah sia-sia.” Jika Kristus tidak dibangkitkan dari kematian, maka tidak ada pengharapan sejati yang tertinggal, dan setiap pengharapan hidup orang Kristen itu menguap bersama kematian-Nya. Jika Kristus tidak dibangkitkan dari kematian, kekristenan menjadi tidak berarti dan bodoh. Tidak ada gunanya berharap.
Tapi benarkah demikian, Saudara? Tidak! Ayat Selanjutnya, ay. 20 membuktikan hal itu. Dengan tegas Paulus berkata: “Tidak demikian halnya! Tetapi kenyataannya, Kristus bangkit dari kematian!” Paulus memberikan bukti-bukti yang meyakinkan bahwa Kristus benar-benar bangkit. Injil yang telah tersebar, bahkan sampai di Korintus, merupakan fakta yang berbicara mengenai kebangkitan Kristus, karena pemberitaan Injil yang ada merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kebangkitan Kristus. Kristus telah mati, Kristus telah dikuburkan, Kristus telah dibangkitkan, sesuai dengan kitab suci, adalah fakta-fakta sejarah yang mendasari berita Injil (ay. 3-5). Bahwa sesudah kebangkitan-Nya, Kristus telah menampakkan diri kepada lebih dari satu orang: kepada Kefas (Petrus), kepada ke-12 murid-Nya (ay. 5), kepada lebih dari 500 orang sekaligus (ay. 6), kepada Yakobus-saudara-Nya, kepada semua rasul (ay. 7), dan bahkan kepada Paulus sendiri (ay. 8). Hal-hal itu cukup menjadi bukti yang kuat, bahwa Kristus benar-benar bangkit, sesuai dengan yang pernah dikatakan-Nya (Mat.17:23). Dan bahwa Ia tidak berdusta dalam janji-Nya, Ia dapat dipercaya, Ia dapat diandalkan. Pada waktu Kristus bangkit, maut telah ditelan-Nya, sengat maut telah dikalahkan-Nya, dan kemenangan telah diraih-Nya.
Kebangkitan Kristus menjadi bukti tertinggi bahwa Kristus sesungguhnya adalah Anak Tunggal Allah (Rm. 1:4) dan sekaligus merupakan pengakuan tertinggi dari kenyataan kekekalan yang dimiliki-Nya. Kebangkitan Kristus menjadi dasar pengharapan yang teguh bagi setiap orang percaya!
Oleh karena itu pengharapan kita harus berdasar pada Kristus. Jika demikian, maka kesulitan hidup apapun yang menghadang kita akan mampu kita hadapi bersama Kristus yang telah bangkit, yang telah menang, dan yang akan memberikan kekuatan bagi kita untuk menghadapi kesulitan hidup ini. Dia Hidup maka kita tidak perlu takut!
2. Pengharapan yang tertuju pada Kristus (Kol. 1:27)
Saudara, sekalipun Paulus bukanlah pendiri jemaat Kolose, bahkan belum mengunjungi tempat itu ketika ia menulis surat ini, Paulus tetap tergerak untuk memperhatikan keadaan kerohanian jemaat Kolose. Keadaan jemaat Kolose yang mudah terpikat dengan ajaran-ajaran filsafat tentang pengetahuan kebatinan terhadap Tuhan ditambah latar belakang religius mereka yang sangat bersifat emosional dan mistis, menggugah Paulus untuk menulis surat ini.
Paulus berusaha untuk menunjukkan bahwa semua filsafat, kekuasaan roh dan penyelenggaraan upacara-upacara keagamaan itu tidak ada artinya jikalau Kristus tidak ditonjolkan. Paulus ingin menunjukkan bahwa Kristuslah kepenuhan segala sesuatu (2:9). Kristuslah yang seharusnya ditonjolkan dalam penciptaan, penebusan, gereja, dan kehidupan pribadi. Karena di dalam Kristuslah kita memiliki pengampunan dosa (1:14), pendamaian dengan Tuhan (1:20,22), penghapusan hukum melalui kayu salib (2:14), dan pengharapan perkara yang di atas melalui kebangkitan-Nya (2:20; 3:1). Kristuslah gambaran Allah yang sempurna (1:15), dan bahwa di dalam Dialah tersembunyi segala harta, hikmat dan pengetahuan (2:3). Hikmat yang benar bukanlah filsafat buatan manusia (2:8), melainkan “rahasia” Allah dalam Kristus, yang berdiam pada semua orang yang menerima-Nya (1:27). Kristus yang telah membuka pintu kekayaan kemurahan yang tidak ada habis-habisnya, kemuliaan, kebijaksanaan, dan anugerah yang melimpah melalui kebangkitan-Nya. Kristus yang adalah bentuk keindahan yang sempurna. Kristus yang adalah pengharapan akan kemuliaan. Kristus inilah yang ada di dalam mereka! Oleh karena itu seharusnya Kristus inilah yang menjadi satu-satunya tujuan yang solid untuk berharap di masa depan, untuk menaruh pengharapan mengenai kekekalan.
Oh Saudara, ayat 27 ini menggambarkan dengan begitu mengesankan betapa sempurnanya kekayaan rohani dan kemuliaan Injil yang kita miliki di dalam Yesus Kristus. Oleh karena itu, Paulus tidak pernah putus asa menghadapi kesulitan-kesulitan hidupnya. Malahan dengan berani ia berkata, “Sebab aku yakin, bahwa penderitaan jaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan pada kita, pada saat Yesus Anak Allah itu menyatakan diri-Nya (Rm. 8:18-19).
“Kristus melalui Roh-Nya telah berdiam di dalam kamu”. Oleh karena itu, jika Roh-Nya yang telah membangkitkan Dia dari kematian, berdiam di dalam kamu, maka Ia akan memberikan hidup kepada tubuhmu yang fana untuk mampu menghadapi setiap kesulitan hidup (Rm. 8:11). Kuncinya: tetaplah memiliki pengharapan dan arahkanlah pengharapanmu tertuju hanya kepada Kristus!
Ilustrasi tentang pengharapan dalam Tuhan
Saudara, ada seorang ibu yang bernama Naomi, yang memiliki 10 orang anak, yang masih kecil-kecil. Selain mengurus rumah tangga, ia juga membantu suaminya yang bekerja sebagai petani. Pekerjaan rumah tangga yang begitu banyak tidak pernah menjadi soal baginya. Hari-hari hidupnya dilalui seperti biasanya.
Pada suatu hari, dunia seakan-akan runtuh baginya ketika ia mengetahui bahwa suaminya mempunyai seorang istri muda! Ibu ini berusaha sendiri untuk mengatasi masalah hidupnya. Namun sekian waktu lamanya, ia mulai putus asa. Ia memutuskan untuk bunuh diri namun usaha itu gagal, ketika salah seorang anaknya mencegah dia.
Kegagalan itu membuat ia kembali memikirkan jalan yang lain: ke dukun! Dari dukun yang satu, ke dukun yang lain; sudah begitu banyak uang yang terbuang, namun hasilnya tetap tidak ada, percuma saja. Pertengkaran dan pukulan dari suaminya acap kali menjadi bagian penderitaannya.
Sampai suatu saat, ketika dia tidak tahan lagi, ia mengambil keputusan untuk bercerai. Tekadnya sudah bulat untuk meninggalkan anak-anaknya, terutama suaminya. Namun pada saat itu seorang anaknya yang sudah mulai ikut ke gereja, mengajak dia untuk mengikuti suatu kebaktian di gereja. Dalam kebingungannya, ia bersedia memenuhi keinginan anaknya, sebelum ia meninggalkan mereka. Tapi hari itu, Tuhan berperkara dengan dia. Renungan Pendeta di gereja memberikan pengertian tentang Yesus Kristus yang sangat mengasihi manusia sehingga mau mati demi menyelamatkan manusia. Dan bukan hanya sampai di situ, Ia pun bangkit untuk memberikan kemenangan bagi setiap pengikut-Nya. Ibu ini begitu terharu. Ternyata masih ada Orang yang mengasihi dia. Masih ada Orang yang dapat memberikan kemenangan bagi dia. Masih ada pengharapan bagi dia.
Sekarang ia telah memiliki pengharapan untuk menghadapi kesulitan hidupnya. Pengharapan yang berdasar pada Yesus dan tertuju kepada Yesus. Dan Kristus menepati janji-Nya. Sekalipun suaminya telah meninggalkannya, hidup ibu ini diberkati; ia berhasil menyekolahkan anak-anaknya sampai di Perguruan Tinggi. Dan di antara anak-anaknya ada yang berhasil dalam usahanya, sehingga kehidupan keluarga itu menjadi berkelimpahan. Sampai saat ia menyaksikan hal ini, suaminya belum kembali, tetapi ia tetap memiliki pengharapan di dalam Kristus. Ia memiliki Yesus, yang telah bangkit, yang telah menang. Ia memiliki kekuatan yang luar biasa karena ia memiliki pengharapan yang berdasar dan tertuju pada Kristus.
Aplikasi Pengharapan
Saudara, kesulitan hidup apa yang Saudara hadapi saat ini? Kesesakan rumah tangga seperti yang dialami Ibu Naomi tadi? Kesulitan mengurus anak-anak yang terlibat pergaulan rusak? Kesulitan mendapatkan pekerjaan? Kesulitan mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari? Dan mungkin berbagai kesulitan lainnya yang tidak dapat saya sebutkan saat ini. Apakah Saudara sudah cukup memiliki kekuatan untuk dapat bertahan menghadapi kesulitan tersebut? Jikalau belum, marilah mulai saat ini kita belajar memiliki pengharapan yang berdasar pada Kristus dan tertuju pada Kristus. Jikalau kita memiliki pengharapan demikian, saya yakin kita akan memiliki kekuatan yang luar biasa untuk tetap dapat bertahan dalam menghadapi kesulitan hidup kita.
Penutup
Saudara, Tuhan tidak pernah menjanjikan bahwa hari-hari yang kita lalui akan bebas dari kesulitan hidup. Tetapi Tuhan berjanji bahwa Ia akan memberikan penghargaan kemuliaan bagi setiap kita yang tetap berharap kepada-Nya. Jangan pernah lepaskan pengharapan Saudara, betapa pun sulitnya hidup ini. Di dalam setiap keadaan, pandanglah salib-Nya yang akan membawa kekuatan di dalam menghadapi kesulitan hidup ini. Biarkan pengharapan Saudara selalu berdasar dan tertuju kepada Kristus, serta percayalah selalu bahwa Ia akan menggenapinya dalam waktu-Nya yang kekal! AMIN.
Tambahkan komentar