Waktu yang ditunggu-tunggu oleh bangsa Amerika, yaitu Thanksgiving Day untuk sekali lagi mengucap syukur kepada Allah. Bukan saja sebagai peringatan akan kemurahan Tuhan yang kira-kira 400 tahun lalu telah membuat pendatang mula-mula berhasil datang ke benua Amerika ini dan setelah melewati masa yang sulit ditahun pertama, akhirnya dibulan November seperti sekarang ini mereka bisa menikmati hasil jerih lelah mereka dalam bercocok tanam, tidak terlupakan uluran tangan penduduk asli benua ini yang dikenal sebagai suku Indian telah Tuhan pakai menolong para musafir. Semua itu menjadi kenangan yang indah sekali bagi generasi sekarang ini. Meskipun tidak ada sangkut pautnya dengan kita yang hidup dimasa sekarang namun tidak dapat tidak kita patut mengucap syukur sekali lagi akan segala kebaikan Tuhan. Kita seharusnya selalu bersyukur akan kesempatan hidup yang masih Tuhan berikan. Perjuangan orang-orang pada waktu itu mempunyai pengaruh akan keadaan politik dan ekonomi Amerika saat ini. Lebih-lebih lagi sebagai orang percaya kita sebaiknya selalu thanksgiving.
Apa artinya thanksgiving ?
Kata ini terdiri dari dua kata : thanks dan giving, ada kata terima kasih dan ada juga kata pemberian-nya. Sebagai tanda terima kasih kita akan memberi sesuatu kepada objek yang akan kita nyatakan terima kasih kita. Siapakah yang layak menerima pemberian ini? Kita katakan tentu saja Tuhan, siapa lagi selain Tuhan? Sebenarnya kita tidak mempunyai apa-apa yang bisa diberikan kepadaNya, karena semua yang kita miliki berasal dari Tuhan, itupun pemberian Tuhan.
Coba kita pikirkan: Kepandaian kita, mau kita berikan tapi Tuhan sendiri Mahatahu (Omniscient) “Kepada siapa Tuhan meminta nasehat untuk mendapat pengertian, dan siapa yang mengajar Tuhan untuk menjalankan keadilan, atau siapa mengajar Dia pengetahuan dan memberi Dia petunjuk supaya Ia bertindak dengan pengertian?” Yesaya 40:14. Tenaga kita, mau kita berikan tapi Tuhan sendiri Mahakuasa (Omnipotent) “…….oleh sebab kekuatanMu yang besar…..” Mazmur 66:3.
Waktu kita, mau kita berikan tapi Tuhan sendiri Mahaada (Omnipresent). Dia tidak pernah mengantuk. Kita selalu tidak ada waktu, sepertinya 24 jam itu kurang terus. Harta kita, mau kita berikan tapi Tuhan Mahakaya. Biar kita memiliki seluruh dunia ini, itupun masih tidak cukup, pokoknya Dia tak mau harta kita. Sekalipun anak cucu anda berikan, tapi tunggu dulu ya! Siapa yang mau berikan anak-cucu, tentu tidak ada. Sekali lagi Tuhan tidak biarkan anda mengorbankan anak-cucu . Ingat Abraham yang diminta untuk mempersembahkan Ishak? Tuhan melihat hati Abraham yang rela memberi Ishak sebagai korban yang Tuhan minta, akhirnya Tuhan sudah sediakan seekor hewan sebagai gantinya. Dan ingat selalu bahwa Tuhanpun memiliki anak dimana-mana, jadi tidak ada suatu pemberian sekecil atau sebesar apapun yang dapat kita berikan, kecuali satu saja yaitu terima kasih, itu saja. Selalu mengucap syukur karena Tuhan sudah berikan semua yang kita perlu, bukan semua yang kita mau lho! Kebebasan beragama, kesempatan menyembah Allah sesuai dengan FirmanNya tanpa ada tuntutan apapun dari pemerintah. Semua berkat ini dicurahkan berlimpah-limpah keatas kita karena anugerah Allah semata-mata, dan sekali-kali jangan dibalik: terima kasih Tuhan karena Engkau tidak mau dan tidak perlu semua itu.
Selagi ada kesempatan mengapa kita tidak mau melakukannya, atau terlalu beratkah seandainya kita menjadikan thanksgiving sebagai suatu hal yang menyukakan hati dan menjadi bagian dari hidup kita? Mengapa kita thanksgiving?Seperti tadi dikatakan terima kasih ini ditujukan kepada Allah. Ingatkah saudara siapa yang tidak percaya adanya Allah? Para atheis atau mereka yang melawan akan kedaulatan Allah. Mereka inilah yang tidak mau mengakui akan segala pertolongan Tuhan. Jelas-jelas tidak ada dalam ingatan mereka konsep tentang Allah yang Mahatahu, Mahakuasa, Mahaada, Mahakaya, Mahabaik, sumber hidup dan penolong umat manusia ciptaanNya. Yang ada dalam ingatan mereka adalah dirinya sendiri saja, apa yang diperolehnya adalah karena kekuatannya sendiri. Dengan sendirinya tentu mereka tidak akan mengucap syukur atau berterima kasih kepada yang seharusnya menerima ucapan terima kasih.
Mungkin kita sering mendengar orang bukan Kristen mengejek kita yang selalu berdoa atas makanan yang kita terima, dengan mengatakan: “Coba kalau kamu tidak bekerja, apakah akan ada uang untuk pembeli makanan atau apa saja keperluanmu sehari-hari?” Mengapa berterima kasih kepada Tuhan segala? Terima kasih saja kepada diri sendiri atau kepada orang tuamu yang bekerja keras dan membanting tulang untuk menanggung kebutuhan keluarga.” Itulah kira-kira pandangan orang yang tidak percaya Allah. Bukan demikian dengan kita sebagai orang percaya kita bukan atheis, sudah seyogyanya kita berterima kasih kepadaNya. Bayangkan saja sebagai orang tua, atau sahabat, atau boss maupun sebagai anak buah, bila salah satu pihak tidak berterima kasih setelah menerima sesuatu, bagaimana perasaannya? Tentu dalam hati akan berkata orang ini tidak tahu bersyukur. Apakah kita sebagai anak-anak Tuhan tidak tahu berterima kasih? Tuhanpun senang, persembahan syukur itu merupakan korban bagiNya dan memuliakan Dia, Mazmur 50:23.
Setiap kali kita mengingat akan segala kebaikanNya, pastilah itu mendorong kita untuk mengucap syukur. Kita mengucap syukur untuk Allah yang tidak berobah, FirmanNya tidak tergoncangkan kokoh selamanya. Twin Tower yang begitu kokoh, menjadi andalan bagi kekuatan ekonomi bukan saja dapat bergoncang bahkan telah runtuh amblas menjadi abu, tinggal sebagai kenangan saja serta Pentagon yang menjadi kebanggaan bagi pertahanan negara Amerika telah porak poranda, menyaksikan semua itu hati tersayat-sayat dibuatnya. Janjinya selalu ditepatiNya, dan kita telah mengalami dalam sepanjang hidup ini. Tentu ini bukan berarti tidak akan ada kesulitan atau masalah dalam perjalanan hidup kita, karena kita sama sama masih ada didalam dunia yang sudah jatuh dalam dosa ini. Akibat ketidak taatan Adam dan Hawa kepada Allah maka terkutuklah tanah tempat mereka tinggal dan mereka harus mengusahakan tanah itu dengan bersusah payah. Jangan kita berpikir, itu sudah tidak relevan dengan masa kini yang serba canggih.
Umat manusia berpikir dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan tehnologi yang demikian tinggi maka kita akan lebih mudah dapat menyelesaikan masalah hidup ini. Benarkah demikian apa yang kita pikirkan dan kita yakini? Nampaknya malah sebaliknya, buktinya saja dengan meroketnya ilmu pengetahuan yang demikian pesatnya malah mengakibatkan semakin bertambah tingginya kejahatan manusia bila tidak dikendalikan oleh akal yang sehat dan tidak dikontrol oleh Sang Pencipta yang berdaulat. Seakan-akan manusia dan teritorianya menjadi arena uji coba penemuan-penemuan baru, sangat tragis dan menakutkan sekali. Nampaknya memang dalam dunia yang sudah jatuh dalam dosa ini kita tidak luput dari masalah dan kesulitan.
Menyaksikan akan peristiwa akhir-akhir ini tidakkah membuat kita berterima kasih kepadaNya yang telah memberi kita kekuatan dan kemenangan dalam perjalanan hidup ini melalui Yesus Kristus Tuhan kita. Ini tidak berarti bahwa mereka yang terkena musibah tidak bisa berterima kasih, malahan mungkin banyak diantara mereka yang secara langsung atau tidak langsung mengalami musibah ini tetap berterima kasih akan kebesaran Tuhan.
Memang sebenarnya berlimpah-limpah alasan untuk berterima kasih, anda sebutkan saja, hitunglah berkatNya satu persatu nanti kita akan terheran-heran menyaksikannya. Mulai dari kesehatan kita secara pribadi, kesehatan keluarga, pekerjaan yang masih dapat kita lakukan, pelayanan yang diserahkan kepada tanggung jawab kita yang sebenarnya kita tidak layak karena siapakah kita ini adanya yang bisa melakukan pekerjaanNya yang begitu mulia, namun Dia telah percayakan sesuai kesanggupan kita masing-masing. Belum lagi semua keperluan kita dicukupiNya bahkan tidak pernah kekurangan bagi orang –orang yang berharap kepadaNya.
Sekali lagi Tuhan tidak berjanji hari akan selalu panas dan ditengah hari tidak akan ada hujan, hidup ini tidak ada masalah, segala sesuatu berjalan lancar, doa-doa yang kita inginkan selalu dikabulkan, tapi Dia janjikan akan menyertai kita sampai kesudahan alam, bila kita setia melakukan perintahNya. Jika Allah dipihak kita,siapakah yang akan melawan kita? Ia yang tidak menyayangkan Anaknya sendiri, tetapi yang menyerahkanNya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama sama dengan Dia? Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? (Roma 8: 31-32; 35) tentu tidak ada. Bila janji Allah sedemikian kuatnya bagi anak-anakNya, tidak maukah kita berterima kasih?
Bagaimana kita Thanksgiving?
Mudah saja, bisa berupa puji-pujian, yang penting kita mau melaksanakannya, hal ini sudah termasuk Thanksgiving. Bila dalam rumah penuh puji-pujian, akan berbeda sekali suasananya , marilah kita memulainya sekarang bila kita belum melakukannya. Jangan kita mengatakan: nanti saja kalau sedang senang baru nyanyi, kita tidak akan pernah mengalami bila tidak mencobanya. Seharusnya dibalik, bernyanyilah maka akan senang, lebih banyak menyanyi akan lebih senang. Bersukacitalah kamu didalam Tuhan, senantiasa, ini perintah Tuhan lho, bukan siapa-siapa yang mengatakannya. Tuhan mau kita senantiasa bersukacita, baik pada waktu senang maupun dalam keadaan kurang senang. Berbeda dengan orang yang tidak mengenal Tuhan, tidak mempunyai pengharapan, sedangkan kita mempunyai pengharapan didalam Tuhan yang mengasihi kita. Lagipula Amsal 17:22 mengatakan: “Hati yang gembira adalah obat, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang.” Nah seperti obat hati yang senang dan hati yang gembira Tuhan senang.
Langkah berikutnya menjadi orang yang selalu bersyukur atau berterima kasih, akan menolong kita mempunyai kebiasaan yang baik dan tidak akan melupakan segala kebaikan Tuhan. Ini agak sedikit sulit, karena kita tergoda memikirkan bahwa segala sesuatu berjalan sebagaimana mestinya dan otomatis tanpa pertolongan Tuhanpun bisa terjadi. Kalau sampai kita berpikir demikian , tentu kita tidak akan pernah bersyukur kepadaNya, harus minta pengampunanNya atas kesombongan kita ini. Dalam pengalaman pelayanan, renungan, mendoakan orang lain, bukankah kita sering melihat banyak kesaksian yang membuat kita turut bersyukur akan perbuatan Tuhan atas diri seseorang karena orang itu mengakui akan kebesaran Tuhan yang telah menolong hidupnya.
Saksikanlah akan segala perbuatan Tuhan dalam hidup kita, baik dalam keluarga, dalam pekerjaan, dalam study, dalam pelayanan maupun dalam hubungan antara sesama kita. Seringkali yang terjadi kita ceritera ya ceritera tapi kita menceriterakan akan kehebatan kita, kehebatan anak-anak kita, tergoda untuk menyaksikan akan keberhasilan kita. Ini tidak mengena sasaran, dan percayalah orang bosan dan muak akan segala omongan kita. Baiklah mulai sekarang ceritakan bagaimana Tuhan bertindak dalam segala perkara.
dan orang lain akan ikut memuji Tuhan.
Hal lain yang dapat menolong kita berterima kasih kepada Tuhan yaitu melalui persembahan. Nah, tentu anda akan berpikir; tadi katanya Tuhan tidak perlu harta kita karena Dia Mahakaya, kog sekarang diminta untuk persembahkan. Tunggu dulu, seringkali assosiasi kita tatkala mendengar persembahan maksudnya ya identik dengan memberi harta, agaknya kita sedikit keliru. Apakah sebenarnya yang paling berharga bagi pribadi anda dan saya. Bukankah hati kita, ini yang terutama? Berikan hatimu, bukan secara hurufiah. Misalnya: belah dada ini, Tuhan ini hatiku, ambillah! Bukan demikian, tapi ini berupa pusat hidup kita. Segala keinginan, segala yang dipikirkan bukankah semua itu keluar dari hati ini? Kita mau memberi atau tidak mau memberi itu datangnya dari hati, seperti ada istilah yang mengatakan: ada hati atau tidak?
Yang menjadi pusat atau yang terutama dalam hidup ini, persembahkanlah itu sebagai tanda terima kasih kita kepadaNya.
Kita bisa mengatakan: Aku mau mencintaiNya sebagai tanda terima kasih. Bagus sekali, tekad ini, Thanksgiving. Tapi biarlah kita mengasihiNya dengan sepenuh hati, dan sekuat tenaga. Tahukah anda bahwa anak-anak mengeja kata LOVE(kasih) itu sebagai TIME(waktu), sama halnya kalau kita mau mencintai Tuhan sepatutnya dengan meluangkan waktu lebih banyak denganNya. Inipun untuk kebaikan kita sendiri, lebih banyak waktu kita luangkan denganNya akan lebih lagi kita mengenal Dia dan semakin kita mencintaiNya. Sudahkah anda mengalami kebenaran ini?
Marilah kita pribadi lepas pribadi menjadikan hidup ini sebagai mezbah untuk setiap saat meletakkan ucapan terima kasih kita kepadaNya, bukan karena orang-orang disekeliling kita atau orang merayakan Thanksgiving.Tidak salah kalau bangsa Amerika memperingatinya setahun sekali, bahkan itu baik sekali karena mereka masih ingat akan peristiwa yang sudah ratusan tahun berlalu dan tidak melupakan akan perbuatan Tuhan yang demikian agung.
Tambahkan komentar