Saudara terkasih dalam nama Yesus, pada topik kali ini kita akan menyimak tentang pengertian kesederhanaan di dalam kehidupan orang kristen secara Alkitabiah. Bagi kebanyakan orang, hidup dalam kesederhanaan sering diartikan dalam hal material. Contohnya, hidup dalam kesederhanaan berarti tidak boleh memakai perhiasaan, pakaian atau barang-barang mahal, atau fasilitas hidup yang mahal harganya. Dengan kata lain, sering kesederhanaan diartikan dengan sama atau dekat dengan kemiskinan. Orang Kristen tidak boleh memiliki kekayaan, harus berpakaian yang buruk atau bahkan sengaja menjadi pengemis.
Kesederhanaan dimulai dari sikap hati.
Pengertian kesederhanaan yang dimaksud pada topik kali ini sangat berbeda dari sudut pandang kebanyakan orang. Hidup sebagai orang Kristen berarti kita percaya kepada Tuhan Yesus dan hidup seperti Dia pernah hidup (Filipi 2:5-7). Hal tersebut sangat nyata sekali pada jaman kekristenan baru muncul. Kesederhanaan tidak diukur dengan hal-hal fisik atau lahiriah, walau tentu kesederhanaan yang tulus dan murni pasti mempengaruhi penampilan lahiriah.
Sejatinya, kesederhanaan dimulai dari sikap hati. Kesederhanaan sikap hati akan terpancar pada perlakuan terhadap orang yang bersalah atau berdosa. Ciri paling nyata dari orang yang memiliki sikap sederhana adalah “tidak memiliki keinginan, kecuali terhadap Tuhan dan kerajaan-Nya”. Kita harus menyadari bahwa segala keinginan manusia akan berakhir sia-sia. Apapun yang kita ingini suatu hari harus berakhir dan lenyap tiada bekas, kecuali kebinasaan.
Kesederhanaan dimulai dari sikap hati yang tidak mencari hormat atau penilaian manusia.
Selanjutnya kita juga membahas mengenai beberapa kebenaran yang luar biasa. Nasib bukan di tangan siapa-siapa, tetapi di tangan manusia itu sendiri. Dalam hal ini kehidupan menjadi luar biasa. Tetapi kalau manusia dipahami sebagai hidup di bawah penentuan takdir, maka hidup menjadi fatalitas, tidak menarik dan tanpa tantangan. Hendaknya kita tidak berpikir bahwa nasib atau keadaan kekekalan sudah ditentukan oleh Allah. Sama seperti keadaan semasa di dunia ditentukan oleh masing-masing individu, juga keadaan kekal seseorang sangat ditentukan oleh pilihan masing-masing.
Kita juga menyoroti kenyataan bahwa bumi akan terus digoncang dengan berbagai goncangan yang membuat bumi tidak lagi merupakan hunian yang aman. Hal ini dimaksudkan agar anak-anak Tuhan mengerti bahwa maksud kedatangan Tuhan Yesus semata-mata hanya untuk mempersiapkan mereka masuk Kerajaan-Nya. Oleh sebab itu harus disadari bahwa Tuhan mempercayakan manusia rohani atau batiniah ini kepada kita untuk dirawat dengan sebaik-baiknya atau lebih tepatnya didewasakan dan disempurnakan demi kekekalan. Inilah tugas kehidupan yang harus ditunaikan dengan segera tanpa menunda.
Kesederhanaan yang Alkitabiah bukan berarti menjadi sembarangan dalam penampilan lahiriahnya. Kita harus bisa membedakan antara berpenampilan baik untuk menjadi berkat dengan berpenampilan untuk memperoleh penilaian dari sesama. Kesederhanaan tidak diukur dengan hal-hal fisik atau lahiriah, walau tentunya kesederhanaan yang tulus dan murni pasti mempengaruhi penampilan lahiriah. Sejatinya, kesederhanaan dimulai dari sikap hati yang tidak mencari hormat atau penilaian sesama.
Tanpa disadari, banyak manusia digerakkan oleh gairah untuk dihargai, dihormati, dinilai baik oleh lingkungannya, sampai taraf mendapat pujian dan sanjungan. Gairah ini sudah melekat kuat dan nyaris tidak bisa dilepaskan kalau tidak sungguh-sungguh belajar melepaskannya. Gairah ini dan manifestasinya sudah dianggap sebagai suatu yang normal, kewajaran dan bahkan kebanggaan. Sangat disayangkan mental seperti ini, sebab mestinya yang berharga adalah manusia batiniah, bukan lahiriahnya (2Kor 4:16).
Manusia yang terjerat dalam tipuan Lucifer yang jatuh, telah memiliki sudut pandang yang salah tersebut. Akan tetapi, anak-anak Tuhan akan berkarakter seperti Tuhan (Filipi 2:5-7). Orang yang memiliki sikap hati yang sederhana tidak pernah merasa dirinya berharga hanya dengan fasilitas, rumah, kendaraan, perhiasan dan / atau segala hal yang ada padanya. Manusia di sekitarnya mungkin bisa menghormati atau memuji, tetapi dia tidak merasa bahwa hal itu merupakan nilai lebih dalam hidupnya. Mengapa bisa demikian? Sebab ia mencari hormat dari Allah.
Tuhan Yesus mengatakan, bagaimana seseorang bisa percaya kalau masih mencari hormat satu dengan yang lain? (Yoh 5:44). Teladan yang paling kuat mengenai kesederhanaan ini adalah Tuhan Yesus Kristus. Tidak ada yang disisakan untuk memperoleh kehormatan. Ia mengosongkan diri, termasuk hak untuk diperlakukan wajar. Ia bukan saja tidak diperlakukan sebagai Penguasa Tinggi, bhkan Ia tidak diperlakukan sebagai manusia biasa. Kesederhanaan Tuhan Yesus itulah kemuliaan-Nya.
Tambahkan komentar