Renungan Harian Kristen hari ini: April 2020.
Bacaan Alkitab
“Katakanlah, bahwa engkau adikku, supaya aku diperlakukan mereka dengan baik karena engkau, dan aku dibiarkan hidup oleh sebab engkau.”
Kejadian 12:13
Renungan
Kemarin kita melihat keberanian Abraham menjalani kehidupan iman yang penuh dengan risiko. Namun, jangan salah, dalam perjalanan hidupnya, Abraham ternyata pernah pula menunjukkan ketidakpercayaannya pada janji dan penyertaan Allah. Bukankah kita justru harus bersyukur karena Abraham – dan semua tokoh di Alkitab – sebenarnya bukan manusia yang sempurna. Mereka pernah gagal, namun berani belajar untuk bangkit.
Nah, perikop kali ini bertutur tentang kegagalan Abraham tersebut untuk memegang prinsip dan keyakinan ketika menghadapi masalah. Abraham takut mengakui bahwa Sarah adalah isterinya, karena dengan demikian bisa jadi Firaun akan membunuhnya, supaya bisa merebut Sarah dari Abraham. Untuk itu Abraham rela berbohong dan menyuruh Sarah melakukan hal sama. Dengan kata lain, Abraham mengorbankan Sarah hanya untuk keselamatan diri sendiri.
Mungkin Abraham berpikir, “Ah, keadaanlah yang membuat aku harus melakukannya!” Keadaan, situasi-kondisi, selalu menjadi kambing hitam. Kita pun kerap melakukan hal yang sama. “Saya terpaksa berbohong, habis keadaan menuntut demikian,” “Situasi keuangan sedang ambruk, terpaksa aku korupi,” dan dalih-dalih lainnya. Intinya sama saja: mengambinghitamkan keadaan demi cari aman sendiri.
Tuhan tentu saja marah. Akibatnya, Firaunlah yang kena sasaran dan tulah melanda Mesir. Namun Allah pun tentu marah pada Abraham. Allah marah karena kompromi iman yang dilakukan Abraham sebenarnya menunjukkan ketidakpercayaannya pada janji dan penyertaan Tuhan.
Apakah Anda pernah – atau malah sedang – berada dalam bahaya karena iman Anda? Jangan pernah mengambinghitamkan situasi, mengkompromikan iman, serta menghalalkan segala cara, karena justru keadaan macam itu menjadi wahana bagi kita untuk membuktikan komitmen iman kita pada Allah yang selalu setia.
Sekali kita berbohong demi cari aman, maka kita terpaksa harus terus berpindah dari satu kebohongan ke kebohongan yang lain, agar kebohongan awal kita tampak konsisten.
Tambahkan komentar