Sebelum Ia dilahirkan berita gembira itu telah disampaikan oleh Malaikat kepada ibu dan ayahNya. KelahiranNya diberitakan oleh Malaikat disertai oleh sejumlah bala tentara sorga kepada gembala-gembala di padang saat menjaga kawanan domba. Tapi dimanakah kelahiranNya terjadi, apakah di istana yang megah, di sebuah hotel yang mewah? Tidak, hanya di suatu tempat yang sederhana , sebuah kandang hewan. Suatu peristiwa yang hebat telah terjadi, namun berlalu begitu saja seakan-akan tidak pernah terjadi sesuatu, memang rasanya tidak masuk akal. Namun sudah menjadi suatu kenyataan dan tercatat dalam sejarah umat manusia.
Kalau hal itu terjadi pada masa ini, mungkin sudah menjadi sari berita yang ditayangkan di layar televisi, masuk dalam surat kabar, atau jadi bahan diskusi dalam majalah majalah terkenal. Memang kedatangan para Majus dari tempat yang sangat jauh telah membuat gempar penduduk kota Betlehem , bahkan kemudian ada korban besar-besaran terjadi, anak laki-laki berusia dibawah dua tahun harus dibunuh atas perintah raja (Matius 2:16). Tapi itu khan beberapa tahun setelah kelahiranNya. Dari sini kita melihat bagaimana keadaan hati manusia sebenar-benarnya.
Dalam hati manusia: Tiada tempat bagi Anak Allah
Dia telah datang dari surga yang mulia, di tempat yang Mahatinggi. Tahukah anda berapa jauhnya Mahatinggi itu? Berjuta-juta tahun cahaya. Dari tempat yang begitu jauh Ia telah datang mencari milikNya, tetapi mereka tidak mengenal Dia. Pepatah mengatakan :”Tak kenal maka tak sayang”. Itulah sebabnya ketika tiba saatNya Dia akan dilahirkan, tempat yang layak bagi seorang bayi tidak ditemukanNya. Pemilik rumah penginapan terlalu sibuk dengan para tamu yang telah lebih dahulu datang, sehingga ia tidak memperhatikan seorang ibu yang sudah hampir melahirkan. Ibu yang akan melahirkan seorang bayi yang kemudian hari menjadi seorang terkenal dalam sejarah, lebih terkenal dari seorang raja biasa di dunia ini, Ia putera Allah, Mesias, Raja Damai. Sampai saat inipun Dia tetap masih mencari dan mencari, tapi rupanya milikNya tidak mengenalNya.
Sayang seribu kali sayang sampai ditahun 2000 ini, sudah berapa banyak jiwa yang meninggalkan dunia ini tanpa mengenalNya, tiada tempat bagiNya. Mengapa? Karena pikiran dan hati manusia sudah dipenuhi dengan masalah politik, harta benda, atau stock market. Para majus jeli sekali, ketika melihat bintang yang lain dari yang lain itu, tanpa menunda segera meninggalkan kampung halaman mereka. Mengadakan perjalanan tanpa mengenal lelah, siang hari dibawah teriknya matahari kepanasan, dimalam hari kedinginan, dan ada harga yang dibayar. Tidak berhenti sebelum mendapatkan yang mereka cari, benar kata renungan Alkitab: “Carilah, maka kamu akan mendapat” (Lukas 11:10). Betapa senangnya hati mereka ketika bertemu Dia yang hanya bisa mengisi kekosongan hati mereka. Segala pengorbanan yang telah ditaruh ternyata tidak sia-sia.
Adakah Dia, Yesus, Anak Allah menemukan tempat di hidup anda? Saat ini bila Dia mengetok pintu hati anda, bukakanlah dan silahkan Dia lahir di titik pusat dalam hati anda. Dia akan mengisi kekosongan hidup anda dan menemukan apa yang selama ini dicari, janganlah lewatkan kesempatan ini.
Tiada tempat bagi anggota keluarga
“…….lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan” (Lukas 1:7).Siapakah mereka itu ? Ayah, ibu dan bayi itu tidak mempunyai tempat yang sepantasnya.
Pernah ada seorang ibu datang dari tempat yang jauh ingin sekali bertemu dengan anak-anaknya, tapi sayang anak-anaknya tidak mau menyambut dia. Menyaksikan hal itu, sepertinya peristiwa 2000 tahun lalu yang terjadi di kandang Betlehem terulang kembali. Tiada tempat bagi ibu itu, baik di rumah anak-anaknya, lebih lebih lagi di hati anak-anaknya. Tidak tahu apa sebabnya hingga bisa terjadi demikian, sekarang ibu itu hanya berpindah dari satu tempat kelain tempat. Tatkala ibu itu menderita sakit, dimanakah putra-putrinya? Tahukah mereka bahwa sikap anak-anaknya dan apa yang dialaminya sangat menyakitkan hati?
Ini sering terjadi dalam kehidupan banyak keluarga, tidak sedikit pasangan suami isteri yang sudah tidak harmonis lagi, hubungan yang intim mereka tak alami, kejujuran tidak transparan . Demikianpun halnya hubungan antara sesama saudara, saling menyimpan kesalahan satu sama lain, tidak mau mengampuni, lebih gawat lagi bisa terjadi saling membenci, tidak peduli kakak atau adik dan sebagainya, ini tidak sulit ditemukan dalam keluarga yang menyebut keluarga Kristen. Mengapa sampai demikian? Tidak lain dan tidak bukan karena tidak ada lagi tempat di hati mereka bagi orang-orang yang patut disambut dan dikasihi
Siapakah yang dapat merobah hati yang demikian keras? Hanya Dia yang kita rayakan kelahiranNya setiap tahun, sanggup dan mau merobah hati sekeras bajapun. Asalkan kita bersedia menjadikan hati kita sebagai palungan dan mempersilahkan Dia lahir dan menempati palungan itu.
Semua persiapan menjelang perayaan Natal, entah itu beraneka ragam kegiatan digereja atau dalam perusahaan dimana anda berkarier. Ditengah kesibukan menata keindahan ruangan –ruangan rumah anda dengan segala hiasan yang gemerlapan. Belum lagi dengan daftar hidangan yang akan disajikan untuk para undangan makan malam Natal, telah menyita banyak waktu untuk memikirkan dan mempersiapkannya. Berapa besar jumlah uang yang akan dikeluarkan atau tidak peduli berapa pengeluarannya selama kartu kredit masih bisa digesek Pakaian yang wah! Tidak terlupakan dan ditambah dengan hadiah-hadiah yang sudah menjadi kebiasaan karena katanya kesempatan untuk saling memberi. Untuk apakah dan untuk siapakah semuanya itu? Benarkah kesempatan untuk memberi jangan dilewatkan?
Jujur saja, seluruh tenaga, pikiran, materi, waktu dan perasaan telah dihambur-hamburkan untuk hal yang sementara. Mungkin bisa memuaskan hati dan perasaan untuk beberapa saat tatkala kenalan memuji kehebatan anda dan mengacungkan jempol tanda salut mereka pertanda sampai disana anda telah mencapai sesuatu yang patut dibanggakan. Namun ingatlah ada satu hal yang terlupakan, tatkala anda berada seorang diri, dalam hati kecil ada suara mengatakan:”Apakah kata Tuhan? Munafik, bagaimana mungkin engkau mengira telah memberi, sedangkan orang yang tinggal seatap tidak mendapat sesuatu. Dimanakah pasangan anda, kakak, adik, ayah, ibu anda saat ini berada? Sudahkah anda memberi tempat bagi mereka dihati anda? Yah, mungkin bukan hadiah yang mahal diharapkan , tapi sepenggal kecil ruangan disudut hati anda, itu sudah cukup berarti sekali. Bersediakah anda memberikannya?
Kalau saja ini terlaksana, niscaya akan timbul suatu jalinan cinta kasih yang baru, cinta kasih yang tak bersyarat antara pasangan suami isteri, anak dan orang tua serta sesama saudara sekandung, semua ketegangan dalam rumah tangga akan lenyap. Tentu anda ingin semua masalah dalam usaha pekerjaan dapat teratasi, bukan? Masalahnya terletak pada diri anda sendiri. Taatkah kita akan ajakan ini? Memang mulanya menyakitkan, tapi bila langkah pertama ini ditindaki, percayalah selanjutnya anda akan mencicipi kemanisannya.
Tiada tempat bagi mereka yang kekurangan
Maria dan Yusuf termasuk orang-orang yang sederhana saja, mungkin keledai yang seringkali kita lihat dalam gambar natifiti yang Maria tumpangi adalah satu-satunya barang yang paling berharga bagi mereka. Hal ini tentu segera terlihat oleh pemilik rumah penginapan di kota Betlehem sana. Daripada kamar diberikan kepada pasangan Maria dan Yusuf lebih baik diberikan kepada orang yang lebih beruang pikir pemilik rumah penginapan. Sungguh kasihan, sedang hamil besar ditambah dengan tidak mempunyai cukup uang.
Apa jadinya kalau hal itu menimpa diri anda dan saya, cobalah kita berjalan memakai sepatunya Maria, susah bukan? Sedih dan tidak berdaya, sebagai orang asing di tempat itu, mereka tidak mempunyai sanak keluarga atau kenalan, mereka sedang menghadapi masalah, tapi siapakah peduli? Disekeliling kita, baik dekat ataupun jauh, tidak sedikit orang yang mengalami hal yang serupa. Tidak ada tempat untuk di tumpangi, tidak ada makanan untuk dimakan, tidak ada pakaian untuk dipakai, tidak ada teman untuk diajak bicara, tidak ada yang peduli.
Bila kita meninjau Renungan Natal pada ayat –ayat dalam Matius 25:35 –40 “ Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku orang asing, kamu memberi Aku tumpangan; ketika aku telanjang, kamu memberi aku pakaian; ketika aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi aku. Maka orang-orang benar itu akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum? Bilamanakah kami melihat engkau sebagai orang asing, dan kami memberi Engkau tumpangan, atau telanjang dan kami memberi Engkau pakaian? Bilamanakah kami melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan kami mengunjungi Engkau? Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.” Ya, segala sesuatu yang kita lakukan untuk yang dalam kekurangan itu, kita telah melakukannya untuk Dia yang telah lahir dikandang Betlehem.
Bila kita telah menyediakan tempat bagi Dia di hati ini, bolehkah yang dalam kekurangan itu mendapat tempat di hati anda? Ada begitu banyak orang yang kita tahu memerlukan bantuan, marilah benar-benar dengan nyata sedapatnya mereka ditolong. Lebih jauh lagi mungkin secara jasmani mereka tidak sakit atau kekurangan makanan, atau minuman, atau pakaian, atau tempat tinggal, atau tidak terpenjara. Namun mereka lapar dan haus akan Firman Tuhan, tidak dikenakan jubah kebenaran, tidak terbilang dalam keluarga Allah, dan terpenjara secara rohani. Siapakah yang sudi meringankan penderitaan mereka, apakah anda peduli? Raja Damai itu telah membebaskan kita dari belenggu dosa sehingga kita telah diperdamaikan dengan Allah Bapa, namun kapankah damai itu dibagikan kepada mereka yang memerlukannya. Sudahkah mata kita melihat penderitaan mereka, telinga kita terbuka mendengar jeritan mereka minta tolong, diri anda dan saya datang merangkul mereka dari keterasingan?
Palungan di kandang Betlehem hanya tinggal sebagai palungan biasa bila tidak ditempati oleh bayi Yesus. Tetapi lihatlah segera setelah bayi Yesus dibaringkan di dalamnya,maka malaekat memberitahu para gembala dipadang dengan menyebut palungan itu sebagai salah satu petunjuk ketempat bayi yang dimaksud (Lukas 2:12), benda yang sederhana itu telah dipakai oleh Allah. Palungan itu tidak bernama, tidak semahal seekor dombapun namun tercatat dalam Alkitab sampai akhir zaman. Luar biasa kenyataan ini, bukan? Yang lebih menarik lagi adalah dalam sepanjang masa palungan itu telah mengisi keindahan lukisan lukisan yang pernah dilukis oleh pelukis pelukis terkenal. Demikianpun dekorasi Natal di ruangan-ruangan sekolah Minggu akan menjadi sepi kelihatannya bila palungan itu ditiadakan. Dengarlah lagu “Away in a manger “ dan dalam lagu yang sangat terkenal “Malam Kudus” syairnya berbunyi: ”Malam kudus, sunyi senyap, siapa yang b’lum lelap. Ayah bunda yang tinggallah trus, jaga anak yang maha Kudus. Anak dalam malaf, Anak didalam malaf (malaf berarti palungan)” berkumandang merdunya di gereja, di rumah, di mall-mall, supermarket-supermarket di rumah tetangga .
Tidak ada tempat bagi mereka dirumah penginapan, ya, tidak ada disana, namun masih baik ada sebuah palungan yang boleh dipakai sebagai tempat untuk Yesus dibaringkan. Dalam menghadapi Natal kali ini, mungkin andalah palungan itu, sudah siapkah anda dipakai olehNya menjadi berkat bagi mereka yang dalam kekurangan?
Tambahkan komentar