Ada dua sisi yang sering berkontradiksi di dunia ini. Ada baik ada jahat, ada siang ada malam, ada kaya ada miskin, demikian juga ada kesedihan dan kesukacitaan. Bagi anak-anak Tuhan kesukaan besar yang boleh kita rasakan adalah ketika Yesus Juru Selamat Dunia lahir bagi kita. Bukan saja masyarakat golongan bawah yang bersukacita. Masyarakat golongan atas dan para cendekiawan pun turut bersukacita. Bahkan malaikat pun dengan gegap gempita menyambut kedatangan-Nya. Yang lebih membuat kita bersukacita adalah karena nama kita tercantum dalam kitab kehidupan.
Demikian juga Paulus menasehatkan kepada Euodia dan Sintikhe teman-teman sekerja Paulus untuk bersukacita senantiasa dalam pekerjaan Tuhan. Bagaimana kita bisa bersukacita, sementara kita dalam keadaan menderita ataupun dalam keadaan tekanan berat. Perkataan bersukacitalah di dalam Tuhan mengindentifikasikan bahwa semua yang kita alami di dalam Tuhan pasti ada dalam rencana dan kehendak Tuhan yang mau tidak mau haruslah kita pahami.
Paulus mengajurkan kepada teman-temannya untuk bersukacita karena ia sendiri telah mengalami penderitaan yang berat dalam mengiring Yesus.
Ia sempat terdampar di sebuah pulau dalam suatau pelayanannya, digigit ular beludar bahkan ia harus disesah dan di penjarakan. Paulus tahu apa yang dialaminya itu tidaklah sebanding dengan anugerah dan kasih Yesus yang telah ia terima. Dalam keadaan penderitaan yang sangat berat yang harus ia alami Paulus masih bisa menasehati rekan-rekan sekerjanya untuk bersukacita. Kita lihat adanya satu kata apa yang dialami Paulus dengan ucapan yang ia sampaikan kepada rekan-rekan sekerjanya.
Anjuran Paulus inipun berlaku buat semua anak-anak Tuhan. Bersukacitalah kamu di dalam Tuhan suatu anjuran yang sangat luar biasa jika setiap anak-anak Tuhan mampu merenungkan dan meresponinya. Kita bersukacita tidak hanya sewaktu kita keberkatan atau dalam keadaan yang menguntungkan dan menggembirakan. Namun kita diharapkan mampu bersukacita walaupun kita dalam keadaan tertekan dan sedang menanggung pencobaan. Inilah keberadaan Kekristenan yang sesungguhnya yang diharapkan mampu bersukacita walaupun kita dalam keadaan tertekan dan sedang menanggung percobaan. Inilah keberadaan Tuhan. Kita mampu menuangkan sukacita penuh di dalam Tuhan yang telah menanggung dan menebus segala dosa kita.
Pujian dan penyembahan merupakan bentuk sukacita yang tidak bisa terlepaskan dari kehidupan anak-anak Tuhan. Saat kita menghampiri Allah, sukacita yang tidak bisa diberikan oleh dunia akan kita rasakan. Pujian dan penyembahan seakan menghiasi bibir setiap anak Tuhan yang telah mengerti betapa indahnya bersekutu dan berkomunikasi dengan Allah.
Daud, pemazmur Israel telah banyak menuangkan dan mengungkapkan isi hatinya lewat mazmur-mazmurnya. Suka dan duka perjalanan kehidupan Daud mencerminkan kehidupannya yang begitu dekat dengan Tuhan. Sewaktu ia dalam tekanan yang berat maka ia lari kepada Tuhan Sang pemberi kekuatan dan penciptaan alam ini, sewaktu ia mengalami ketakutan dan ancaman ia pun datang kepada Tuhan sehingga sukacita Allah memberikan kekuatan khusus bagi dirinya.
Sukacita memiliki arti yang lebih dalam lagi bagi anak-anak Tuhan, karena bagi kita sukacita adalah suatu bentuk ucapan syukur kita kepada Tuhan. Sehingga selayaknya setiap anak-anak Tuhan berterima kasih dan mengucap syukur kepada Tuhan. Ibrani 13:15 “Persembahkan korban syukur dan puji-pujian kepada Tuhan.”
Sukacita membawa kekuatan yang baru bagi setiap anak-anak Tuhan. Seperti tertulis di dalam
Hati yang gembira membuat muka berseri-seri, tetapi kepedihan hati mematahkan semangat.”
Amsal 15:13
Jelas dengan hati yang gembira maka ada kekuatan dan semangat yang baru untuk menghadapi segala tekanan dan cobaan hidup.
Tambahkan komentar